download filenya + gambar : here
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
SINTESIS
IODOFORM

Disusun oleh:
Nama : LAMTANA EKA KARTIKASARI
NIM : K100130173
Kelompok : F.1
Korektor :
Paraf Pengumpulan Laporan
Laboratorium Kimia Organik
Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
I.
TUJUAN
Mengenal reaksi halogenasi alfa (α)
pada senyawa karbonil.
II.
CARA
KERJA SKEMATIS
A.
Pembuatan
Iodoform dari aseton, KI, dan kapur klor. ( Tidak dilakukan )
Di
tambahkan bertetes-tetes larutan 5% kapur klor sambil digojog hingga tidak
terbentuk endapan lagi.
Di
cuci kristal dengan aquadest hingga tidak bereaksi alkalis lagi.
|
Di
masukkan kristal kedalam labu alas bulat yang dilengkapi allihn condensor,
kemudian ditambahkan alkohol hingga tepat larut ( sambil dipanaskan di penangas
air ).
Dikeringkan
kristal yang diperoleh, ditimbang, dan ditentukan titik leburnya.
B.
Pembuatan
Iodoform dari aseto, I2 , dan NaOH ( Dilakukan )
Di
tambahkan sedikit-sedikit dari pipet larutan NaOH 8N (resenter paratus) dan
bila terjadi panas, didinginkan dibawah kran atau bungkus dengan lap basah.
Segera
disaring dengan corong buchner.
Dikeringkan
kristal yang diperoleh, ditimbang dan ditentukan titik leburnya.
III.
BAHAN
dan RANGKAIAN ALAT
a.
BAHAN
Kalium
Iodida, aseton, aquadest, larutan kapur klor 5%, es, etanol, Iodium, dan
larutan NaOH 8N.
b.
ALAT
Erlenmeyer,
labu alas bulat (LAB), pengaduk magnetic, plate mechanical stirer, corong
Buchner, dan allihn condensor.
c.
RANGKAIAN
ALAT

IV.
MEKANISME
REAKSI

V.
HASIL
dan PERHITUNGAN RENDEMEN
HASIL
dan PERHITUNGAN RENDEMEN

|
Nama Bahan Kimia
|
Molaritas (M)
|
Berat (gram)
|
Volume (mL)
|
|
Aseton
|
13,6
|
5
|
6,32
|
|
NaOH
|
8
|
6,4
|
20
|
|
Iodium
|
18,81
|
5
|
1,01
|
|
Aquadest
|
-
|
-
|
150
|
|
Etanol
|
17,66
|
24,38
|
30
|
·
Aseton
5 gram
BM = 58 g/mol
BJ = 0,790 sampai 0,792
g/mL
Massa = 5 gram
BJ = massa/volume
Volume = Massa/BJ
= 5 g/0,791 g/mL
Volume = 6,32 mL ≈ 0,00632 liter
n =
massa/BM
= 5g/ 58 g/mol
n = 0,086 mol
M =
mol/vol.
= 0,086 mol/0,00632 L
M = 13,6 M
·
NaOH 8N
BJ = 1,35 g/mL
BM = 40 g/mol
Volume = 20 mL
N = a x M
8 = 1 x M
Molaritas = 8 M
M =
8 =
Massa = 6,4 gram
n =
massa/BM
= 6,4 g/ 40 g/mol
n = 0,16 mol
·
Iodium
( I2 ) 5 gram
BJ = 4,93 g/mL
BM = 253,8 g/mol
Massa = 5 gram
BJ = massa/volume
Volume = Massa/BJ
= 5 g/ 4,93 g/mL
Volume = 1,01 mL ≈ 0,00101 L
n =
massa/BM
= 5 g/ 4,93 g/mol
n = 0,0197 mol
M =
mol/vol.
= 0,0197 mol/ 0,00101
M = 18,81 M
·
Etanol
30 mL
BJ = 0,8119 – 0,8139
g/mL
BM = 46 g/mol
Volume = 30 mL
BJ = massa/volume
Massa = BJ x Volume
= 0,8129 g//mL x 30 mL
Massa = 24,38 gram
n =
massa/BM
= 24,38 g/ 46 g/mol
n = 0,53 mol
M =
mol/vol.
= 0,53 mol/0,03 liter
M = 17,66 M
NaOH
M 0,086
mol 0,0197 mol -
-
R 0,013 mol 0,0197 mol 0,013 mol 0,013
mol
S 0,073 mol – 0,013 mol 0,013 mol
Perhitungan
teoritis Iodoform
n = 0,013 mol
BM = 393,7 g/mol
Massa = n x BM
= 0,013 mol x 393,7 g/mol
= 5,1181 gram
·
Berat
basah Iodoform
Berat kertas saring = 890 mg
Berat basah Iod. + kertas saring = 3620 mg
·
Berat
Iodoform basah setelah dimurnikan
Berat
basah Iod. + kertas saring = 2720 mg
Berat
kertas saring = 890 mg
·
Berat
kering pemurnian
Berat
kering + kertas perkamen = 2,1496
gram
Berat
kertas saring =
0,92 gram
Berat
basah Iodoform = 2,73 gram
Berat
basah setelah pemurnian = 2,72 gram
Berat
kering hasil pemurnian = 1,2296 gram
Berat rendemen = berat kering
hasil percobaan
Berat teoritis
= 1,2296
gram x 100 %
5,1181
gram
Berat rendemen =
24,02 %
VI.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum sintesis iodoform
ini memiliki tujuan agar kita dapat mengenali reaksi halogenasi alfa (α) pada
senyawa karbonil. Senyawa karbonil adalah senyawa yang mempunyai gugus karbonil
(-CO). Senyawa haloform (CHX3) ialah suatu senyawa dimana atom
Karbon (-C) mengikat 1 atom hidrogen dan 3 atom halogen. Atom-atom halogen
adalah atom-atom golongan VII A, yang digunakan biasanya Klorida, Bromida,
Iodium. Jika halogen yang digunakan dalam substitusi hidrogen alfa adala klor
maka akan didapatkan kloroform (CHCl3), tapi kalau bromida akan
didapatkan bromoform (CHBr3). Dalam sintesis iodoform ini reaksi
yang digunakan ialah halogenasi alfa pada senyawa karbonil. Halogenasi alfa
ialah suatu reaksi dimana senyawa halogen akan menggantikan atom-atom hidrogen
yang terikat pada karbon alfa. Dan karbon alfa ialah karbon yang terikat
langsung dengan atom karbon dari gugus karbonil. Sedangkan atom hidrogen yang
terikat pada karbon alfa dinamakan hidrogen alfa.
Dalam
reaksinya aseton mengalami deprotonasi (OH-) dari katalis basa,
sehingga didapatkan karbanion yang memiliki sifat nukleofilik ( Nu-)
atau bermuatan negatif. Kemudian addisi halogen (I2) menghasilkan
α-iodo karbonil. Sampai dihasilkan ion enolat dan iodoform. Enolat ialah sebuah
nukleofil yang baik yang bisa mensubstitusi halida dari alkil halida, jadi
dapat menghasilkan senyawa karbonil yang teralkilasi. Disini iodium sebagai
atom halogennya, sedangkan propanon atau nama trivialnya aseton ialah suatu
keton. Dan senyawa keton ialah senyawa yang memiliki gugus karbonil. Dalam hal
ini aseton ialah senyawa yang berperan sebagai penyedia hidrogen alfa (α).
Reaksi halogenasi alfa dapat dikatalis dengan suatu asam atau dalam suasana
basa. Reaksi yang dikatalis oleh suatu asam berlangsung melalui enol.
Dalam
prkatikum ini sintesis iodoform yang dibuat dengan mereaksikan iodium dan
aseton yakni dengan cara langsung. Sedangkan cara tidak langsung adalah
pembuatan iodoform dari KI, aseton, akuadest, dan larutan kapur klor. Iodium
memiliki sifat mudah teroksidasi, sehingga dalam penimbangannya harus dilakukan
dalam botol timbang, supaya tidak teroksidasi oleh udara yang dapat mengganggu
pernafasan. Iodium bila dalam keadaan panasa maka akan terurai.
Dalam
sintesis ini kita gunakan reaksi dalam suasana basa, maka dengan penambahan
NaOH. NaOH yang kita pakai harus resenter paratus atau dibuat baru, alasannya
agar reaksi yang dikatalis dengan basa ini dapat berjalan secara optimal.
Aseton dimasukkan terlebih dahulu kedalam erlenmeyer, lalu iodium dimasukkan.
Hal ini dilakukan karena BJ Aseton lebih kecil dari BJ iodium, agar terjadi
larutan yang tercampur secara homogen. Kemudian digojog sampai iodiumnya larut
dalam aseton tersebut lalu ditutup dengan alumunium foil supaya iodium tidak
menguap dalam udara bebas. Kemudian ditambahkan katalis basanya. Dalam
penambahan NaOH ini harus dilakukan tetes demi tetes melallui dinding
erlenmeyer, sambil digojog supaya bercampur homogen. Dan supaya kita mengetahui
bahwa reaksinya tidak lewat jenuh yang menyebabkan tidak berhasilnya sisntesis
iodoform ini.
Penambahan
NaOH dlakukan secepat mungkin (NaOH masih dalam keadaan hangat) setelah dibuat,
supaya reaksinya optimal. NaOH yang ditambahkan sampai larutan tidak
menimbulkan warna kuning pada dinding erlenmeyer (larutan campuran iodium dan
aseton). Bila setelah ditambahkan NaOH sudah tidak lagi menmbulkan warna
kuning, maka larutan tersebut sudah jenuh dan terlihat endapan kuning dibagian
bawah. Saat penambahan NaOH ke dalam erlenmeyer, maka erlenmeyer harus
dibungkus dengan lap basah, supaya suhunya dapat terjaga karena penambahan
NaOH.
Setelah
didapatkan larutan yang jenuh, lalu ditambahkan sejumlah aquadest kedalam
erlenmeyer supaya kita dapat ketahui endapan kuning yang kita dapatkan.
Kemudian disaring dengan corong buchner, sambil kristal tersebut dicuci dengan
aquadest sampai tidak bersifat alkalis lagi, untuk mengetahuinya kita gunakan
kertas lakmus. Bila dalam kertas lakmus merah tidak berubah jadi biru, maka
sudah tidak alkalis lagi. Atau jika perubahan warna pada lakmus merah jadi biru
terjadi begitu lambat, maka dapat dikatakan sudah netral. Kristal tersebut
dapat bersifat basa atau alkalis karena adanya katalis NaOH yang digunakan
sebagai katalis tadi. Pencucian dengan aquadest karena, aquadest sifatnya itu
agak ke asam atau basa lemah sehingga dapat menetralkan kristal yang mengandung
NaOH tersebut.
Tahap
selanjutnya adalah rekristalisasi. Dalam pelarutan iodoform, kita tidak
menggunakan labu alas bulat yang dilengkapi allihn condensor, tapi menggunakan
plate mechanical stirer. Jika menggunakan rangkaian allihn condensor dan LAB,
suhunya akan lebih terjaga dalam pemurnian dan pelarutannya. Kristal telah didapatkan
tadi dilarutkan dalam alkohol tepat larut sekitar 30 mL. Digunakan alkohol
karena kelarutan iodofom adalah dalam etanol. Serbuk iodoform yang awalnya
berwarna kekuningan setelah dilarutkan dalam etanol dan dipanaskan dalam plate
mechanical stirer, maka larutannya akan berubah
warna jadi kecoklatan.pemnasan ini dilakukan karena dapat membantu dalam
pelarutannya. Bila semua sudah terlarut segera disaring dalam kondisi yang
masih panas, supaya zat pengotornya terlarut. Larutan yang telah disaring segera
dimasukkan dalam wadah yang telah diisi air es, agar cepat terbentuk endapan
kristal. Bila sudah banyak endapan yang terbentuk maka segera saring dengan
corong buchner dan cuci sisa endapan yang masih tersisa dalam bekkerglass
dengan aquadest. Ditunggu sampai air tidak menetes lagi, yang menandakan bahwa
kristal iodoform tersebut sudah tidak mengandung kadar aquadest yang cukup
banyak, yang dapat memperbesar berat basahnya.
Dari
praktikum sintesis iodoform ini berat basah setelah pemurnian adalah 1,83 gram,
dan setelah dikeringkan maka kita dapatkan berat kristal kering setelah
dimurnikan adalah 1,2296 gram. Sehingga didapatkan rendemen dari sintesis
iodoform ini sebesar 24,02%. Dari hasil rendemen ini, hasilnya kurang dari 75
%, jadi dapat dikatakan iodoform yang dihasilkan kurang murni, mungkin masih
ada zat pengotornya. Setelah didapatkan kristal yang telah dikeringkan tadi,
kita dapatkan melting point (m.p) atau titik lebur iodoformnya 115-1220C,
rentangnya lebih dari 5, jadi ini menguatkan bahwa iodoform yang kami hasilkan
tidak murni. Titik lebur iodoform ini dihitung ketika suhu dimana iodoform
mulai melebur sebagian sampai melebur seluruhnya. Secara teoritis titik lebur
iodoform adalah 118-1210C. Organoleptis dari iodoform ini adalah
kristal kuning, memiliki bau yang khas, dan kristalnya halus.
VII.
KESIMPULAN
Dari
praktikum sintesis iodoform ni dapat disimpulkan bahwa terjadi reaksi
halogenasi alfa (α) dengan katalis suatu basa (NaOH). Halogenasi alfa pada
aseton, karena memiliki gugus karbonil. Aseton tadii addisi dengan halogen,
yaitu iodium. Dari reaksi tersebut maka dihasilkan ion enolat dan iodoform. Di
hasilkan ion enolat karena pengaruh katalis basa. Rndemen yang diperoleh 24,02
% dan titik lebur iodoform hasil percobaan sebesar 115-1220C.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden & Fessenden.1986.OrganicChemistryThirdEdition. Wadsworth Inc :
California
Hart, Harold.1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat.
Erlangga : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar