LAPORAN PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
KROMATOGRAFI
KOLOM
(
Separation
Of Dyes Using Column Cromatography )

Disusun oleh:
Kelompok : H.6
Laboratorium Kromatografi
Bagian Kimia Farmasi Fakultas
Farmasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2014
I.
TUJUAN
a.
Memahami
teori dan prinsip-prinsip dasar kromatografi kolom
b.
Memisahkan 2 zat menggunakan kromatografi
kolom
c.
Melakukan
analisis kulitatif atau kuantitatif zat yang terpisah dari kromatografi kolom
II.
DASAR
TEORI
Kolom
kromatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas
penyaringdi dalamnya. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan
dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom dapat
digunakan gelas wool atau kapas.
Pengisian
kolom yang tidak teratur dari penyerap akan mengakibatkan merusak batas batas
pita kromatografi. Putusnya penyerap dalam kolom biasanya disebabkan oleh
gelmbung-gelembung udara selama pengisian. Untuk mencegah hal-hal tersebut
sedapat mungkin zat pengisi/penyerap dibuat menjadi bubur dengan pelarut
kemudian dituangkan perlahan-lahan dalam tabung. Harus diperhatikan penyerap
yang telah dimasukkan jangan sampai ada
bagian yang kering baik selama pengisian atau pemisahan.
(Sastrohamidjojo,
Hardjono, 2005)
Migrasi
dan Retensi Solut
Kecepatan
migrasi solute melalui fase diam ditentukan oleh perbandingan distribusinya (D)
, dan besarnya D ditentukan oleh afinitas relative solute pda kedua fase (fase
diam dan fase gerak). Dalam konteks kromatografi, nilai D didefinisikan sebagai
perbandingan konsentrasi solute dalan dalam fase diam (Cs) dan dalam fase gerak (Cm) .
(Rohman, Abdul, 2009)
Semakin
besar nilai D, maka migrasi solut semakin lambat, dan semakin kecil nilai D,
migrasi solute semakin cepat. Solute akan terelusi menurut perbandingan
distribusinya. Jika perbedann distribusi antar solute cukup besar maka
campuran-campuran solute akn mudah dan
cepatndipisahkan.
(Rohman, Abdul, 2009)
Berdasarkan
pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi :
·
Kromatografi
adsorbs
·
Kromatografi
partisi
·
Kromatografi
afinitas
·
Kromatografi
pasangan ion
·
Kromatografi
penukar ion
·
Kromatografi
eksklusi ukuran
Kromatografi
Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penyerapan pada permukaannya saja.
Adsorbs pada permukaan melibatkan interaksi interaksi elektrostatik,
seperti ikatan hydrogen, penarikan
dipole-dipol dan penarikan yang diinduksi oleh dipole. Solute akan bersaing
dengan fase gerak untuk berikatan.
Permukaan
silica gel terdiri atas gugud Si-OH. Gugus silanol bersifat sedikit asam dan
polar karenanya gugus ini mampu membentuk ikatan hydrogen dengan solute-solute
yang agak polar sampai sangat polar.
Kromatografi
Partisi
Partisi
merupakam proses adsorpsi yang analog dengan ekstraksi pelarut. Fase diam cair
diikatkan pada padatan lapis tipis yang inert. Karena fase diam cair diikatkan
pada padatan pendukung maka masih diperdebatkan apakah proses adsorpsinya
merupakan partisi murni atau partisi yang dimodifikas karena adsorpsinya juga
mungkin terjadi. Dalam partii yang sebenarnyasolut akan terditribusi diantara
fase gerak dan fase diam sesuain dengan kelarutan relative diantara keduanya.
Mekanisme partisi mungkin hanya terjadi dalam kromatogrfi gas-cair. (Rohman dan Gandjar, 2007)
III.
ALAT
DAN BAHAN
a.
ALAT
:
Pipet
kolom, Kapas, Botol flakon, Bekker glass, Gelas ukur, Pipet tetes, Pipet
volume, Pipa kapiler, Pompa vacum, Chamber dan penutupnya.
b.
BAHAN
:
Methanol, Kloroform, Silica, Campuran
metil merah dan metil orange,
Metil merah, dan Metil orange.
IV.
CARA
KERJA SKEMATIS
v
Pemisahan
kolom untuk pemisahan senyawa
Disiapkan 15 ml ethanol.
Diteteskan ethanol ke dalam
kolom untuk membasahi silica.
Dijaga agar silica selalu
basah jaga ethanol 1 cm diatas silica. Sampai kolom terlihat bening.
Ditambahkan cairan fase
gerak (methanol : kloroform = 1 : 1) secara perlahan hingga 1 cm diatas silica.
Diambil sampel dan di masukkan
ke dalam kolom dan divacum jangan sampai fase gerak habis dan harus ditambahkan
terus fase gerak, agar tidak terjadi crack atau kolom pecah.
Saat tetesan pertama sampel
ditaruh flakon dipindah pada flakon lain jika volume mencapai 2 ml. Perpindahan
flakon dihentikan jika kolom bertetes bening.
V.
HASIL
PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Pada KLT :




|
KEL.
|
FASE
GERAK
|
KEKUATAN
ELUSI
|
RF
|
Volume
Retensi
|
|||
|
M.O
|
Sampel
|
MM
|
MO
|
MM
|
|||
|
1
|
MeOH : CHCl3
( 0,5 : 1,5 )
|
0,5375
|
0,525
|
-
|
0,95
|
4 mL
|
6 mL
|
|
2
|
MeOH : Etil Asetat
( 0,5 : 1,5 )
|
0,6725
|
0,5
|
-
|
0,8
|
6 mL
|
14 mL
|
|
3
|
MeOH : CHCl3
( 1 : 2 )
|
0,5837
|
0,6
|
-
|
0,95
|
-
|
-
|
|
4
|
MeOH : Etil Asetat
( 0,5 : 1,5 )
|
0,6725
|
0,45
|
-
|
0,8
|
6 mL
|
6 mL
|
|
5
|
MeOH : CHCl3
( 0,5 : 1,5 )
|
0,5375
|
0,525
|
-
|
0,95
|
4 mL
|
8 mL
|
|
6
|
MeOH
: CHCl3
(
1 : 1 )
|
0,675
|
0,725
|
0,7
dan 0,95
|
0,95
|
4
mL
|
8
mL
|
|
7
|
MeOH : CHCl3
( 1 : 2 )
|
0,5837
|
0,225
|
-
|
0,825
|
4 mL
|
4 mL
|
|
8
|
MeOH : CHCl3
( 1 : 1 )
|
0,675
|
0,825
|
0,85 dan 0,95
|
0,95
|
6 mL
|
4 mL
|
PERHITUNGAN
·
KLT
( Kromatografi Lapis Tipis )
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 7
Kelompok 8
·
Kekuatan Elusi
·
Methanol = 0,95
·
Kloroform = 0,40
·
Etil asetat = 0,58
Methanol :
Kloroform (0,5 : 1,5) = (0,5/2 x0,95) + (1,5/2 x 0,40)
=
0,2375 + 0,3 = 0,5375
Methanol :
Kloroform (1 : 2) = (1/3 x 0,95) +
(2/3 x 0,40)
=
0,3167+0,267 = 0,5837
Methanol :
Kloroform (1 : 1) = (1/2 x 0,95) +
(1/2x 0,40)
=0,475+0,2
= 0,675
Methanol : Etil
asetat (0,5 : 1,5) = (0,5/2x0,95) +
(1,5/2x 0,58)
=
0,2375+0,435 = 0,6725
VI. PEMBAHASAN
Dari percobaan yang kami lakukan
yaitu kromatografi kolom dan kromatografi ini memberikan tujuan menjelaskan
teori dan prinsip dasar kromatografi kolom, melakukan pemisahan dengan berbagai
teknik kromatografi kolom, serta
melaksanakan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari pemisahan menggunakan
kromatografi kolom.
Pada praktikum ini kromatografi
kolom ini, kolom yang kita gunakan adalah pipet pasteur atau yang sering
disebut pipet tetes. Kromatografi kolom termasuk dalam LC (liquid
chromatography) karena fase diamnya padatan, fase geraknya cairan, dan sampel
berupa cairan. Fase diam yang digunakan yaitu silika. Fase diam yaitu suatu
zat/senyawa/lapisan pada medium pendukung yang berinteraksi dengan analit.
Jadi, fase diam itu bisa bergerak karena dialirkan, bila tidak dialirkan maka
tertahan. Fase diam dapat berupa padatan maupun cairan. Sedangkan fase gerak
yaitu pelarut ( solvent ) yang mengalir/ bergerak sepanjang media pendukung,
biasanya berupa cairan maupun gas.
Pengisian silica kedalam kolom
bisa dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode basah maupun kering. Tetapi dlam
praktikum ini kita menggunakan metode kering. Metode kering adalah dengan
memasukkan silica dalam kolom dengan tinggi silica 2/3 dari panjang kolom,
untuk kelompok kami panjang kolomnya adalah 16 cm, jadi tinggi silica pada
kolom kurang lebih 10,3 cm kemudian dialiri dengan ethanol. Sedangkan cara
basah adalah dengan melarutkan silika dengan pelarut tidak langsung pada kolom,
jadi silika itu dibuat larutan dulu kemudian dimasukkan ke dalam kolom.
Keuntungan dari cara basah yaitu silika dapat terlarut dan tercampur merata,
sehingga bubur silica menjadi homogen. Pembuatan fase diam dengan cara kering
ini harus hati-hati, karena bisa saja kolomnya pecah atau crack karena
solventnya tidak dijaga, jadi dalam pembuatan fase diam dengan cara kering ini silika
harus ditetesi dengan ethanol terus menerus jangan smpai kering, dilihat jika
ditetesi ethanol tetapi bagian bawah tidak menetes maka perlu pompa vacum untuk
membantu mengalirkannya. Fungsi glass wol / kapas pada praktikum ini adalah
menyumbat kolom bagian bawah supaya silica tidak mengalir keluar kolom.
Sampel yang digunakan untuk
pemisahan ini yaitu campuran metil merah (m.m ) dan metil orange (m.o), dan
fase geraknya adalah campuran methanol : kloroform (1 : 1). Sebelum percobaan
kromatografi kolom, kita melakukan KLT terlebih dahulu. Fase gerak pada KLT
adalah plat KLT, dan fase geraknya sama seperti yang digunakan untuk
kromatogerafi kolom nanti.
Dari KLT , kita dapatkan Rf
(retardation factor) yaitu jarak migrasi solute terhadap jarak pengembangan. Rf
untuk m.m adalah 0,95 sedangkan untuk Rf m.o adalah 0,725, dari nilai Rf ini
dapat dikatakan yang terelusi lebih dulu adalah metil merah karena besifat agak
polar jika dibanding metil orange. Metil merah memiliki sifat seperti fase
geraknya yaitu nonpolar, sehingga akan terelusi lebih dulu. Metil orange akan
tertahan pada fase diam karena keduanya memiliki sifat yang sama polar.
Sedangkan sampel campuran metil merah dan metil orange memiliki 2 nilai Rf,
yaitu 0,7 dan 0,95. Dapat disimpulkan bahwa dari sampel tersebut yang Rf nya
tinggi adalah metil merah karena terelusi lebih dulu dan cepat.
Sebelum plat dimasukkan chamber,
chamber harus dijenuhkan lebih dulu dengan cara fase gerak yang akan digunakan
dimasukkan camber kemudian dimasukkan kertas saring yang telah diberi batas
atas dan batas bawah supaya kita tahu batas chamber jenuh. Tujuan penjenuhan
adalah agar elusi dapat berjalan cepat. Batas bawah harus ditentukan supaya
totolan sampel tidak langsung terendam fase gerak, yang dapat mempengaruhi
proses elusinya.
Pad kromatografi kolom, fase
gerak yang digunakan adalah methanol : kloroform yang punya sifat nonpolar.
Setelah fase diam telah jadi, dimasukkan sampel kemudian ditetesi fase gerak.
Dijaga agar fas gerak pada kolom tidak sampai kering, supaya tidak mengeras dan
pecah kolomnya. Kromatografi kolom ini prinsipnya gravitasi karena cairan
mengalir dari atas ke bawah. Tiap 2 mL larutan yang keluar kolom ditampung pada
flakon, sehingga pada kelompok kami didapatkan 4 mL metil merah dan 6 mL metil
orange. Waktu retensi untuk metil merah adalah 3’ 45” dan untuk metil orange
6’3”. Jka kita bandingkan dengan kelompok 8 yang fase geraknya sama, mereka
mendapatkan volume metil merah 8 mL dengan waktu retensi 5’56” sedangkan metil
orange 4 mL punya waktu retensi 1’51”. Jika pada KLT Rf pada metil orange
hasinya lebih besar 0,1 daripada kelompok kami sedangkan pada metil merah Rf
nya sama. Perbedaan nilai Rf ini mungkin karena besar kecilnya penotolan pada
plat KLT. Perbedaan volume retensi pada fase gerak methanol : kloroform (1 :1)
kemungkinan fase diam yang belum compact dan kecepatan pompa vacum untuk
membantu mengalirkan larutan keluar kolom.
Dari tabel hasil percobaan dapat
dilihat bahwa kelompok 2 mendapatkan volume retensi terbesar m.m yaitu 14 mL
dan m.o adalah 6 mL, fase gerak yang mereka gunakan adalah methanol : etil
asetat (0,5 :1,5), jadi dapat disimpulkan bila proses pemisahan sempurna pada
praktikum kelas kami adalah menggunakan fase gerak methanol : etil asetat (0,5
:1,5) , kelompok 4 dengan fase gerak yang sama mendapatkan volume retensi m.m
yaitu 6 mL dan m.o adalah 6 mL.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa fase gerak yang digunakan akan memberikan pengaruh terhadap
pemisahan sampel ( campuran metil merah dan metil orange ). Metil merah
terelusi lebih dulu karena memiliki kesamaan sifat dengan fase geraknya.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Gandjar,
Rohman.,2007,Kimia Farmasi Analisis,
Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Rohman,
Abdul,2009,Kromatografi Untuk Analisis
obat, Elphra Ilmu : Yogyakarta
Sastrohamidjojo,
hardjono,2005,Kromatografi, Liberty :
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar